Rabu, 12 Oktober 2011





BUDIDAYA BELIMBING MANIS SECARA AGRIBISNIS


       Belimbing manis (Averrhoa Carambola, L) merupakan salah satu komoditas
unggulan di DKI Jakarta. Bentuk pohonnya indah, habitusnya cocok sebagai tanaman pekarangan sempit. Kandungan gizinya cukup tinggi sebagai sumber vitamin A dan vitamin C. Berbagai perbaikan budidaya tanaman ini telah dilaksanakan oleh para petani, namun demikian masih perlu adanya upaya bimbingan dan penyuluhan yang lebih intensif agar produktivitas dan kualitasnya meningkat.

       Belimbing manis cocok ditanam pada lahan pekarangan sempit di perkotaan atau di pemukiman perumahan sederhana di pinggiran kota seperti terdapat di sekitar Jabotabek.
Bentuk pohon yang rindang dengan tajuk pohon tidak terlalu besar, dapat berfungsi sebagai pohon pelindung sekaligus menghasilkan buah. Bahkan di depan teras tanaman dapat ditanam dalam pot atau drum bekas. Besar tajuk pohon, bentuk tajuk, tinggi tanaman dan percabangan mudah diatur sesuai dengan keinginan pemiliknya. Meskipun pemeliharaan tanaman diarahkan untuk habitus kecil atau sedang, tanaman masih dapat berbuah. Biasanya tanaman telah berbuah dua tahun setelah ditanam apabila bibit berasal
dari okulasi atau sambung pucuk. Kegemaran memiliki pohon belimbing disekitar rumah didukung pula oleh ukuran buahnya yang cukup besar dengan bentuk dan warna yang kontras diantara daun-daun yang rimbun, dan bisa berbuah hampir sepanjang tahun.
Nilai gizinya-pun cukup baik, bila dibandingkan dengan beberapa buah-buahan yang banyak dikonsumsi terutama sebagai cumber vitamin C, 
       Dengan mengkonsumsi satu buah belimbing berukuran sedang dengan berat
sekitar 200 gram, telah tercukupi kebutuhan vitamin C bagi seorang dewasa sehari, yaitu sebanyak 70 mg. Pada scat harga jeruk manis atau jenis buah import melonjak harganya seperti saat depresiasi rupiah, kebutuhan akan vitamin C dapat disubsitusi dengan belimbing.
.
 PROSPEK AGRIBISNIS

       Pengembangan usaha tani pekarangan sempit secara komersil dengan menanam potion belimbing cukup kompetitif. Khususnya untuk konsumsi segar bag] penduduk DKI Jakarta yang berjumlah sekitar 9 juta jiwa (1996), pemasaran masih terbuka, karena produksi buah lokal baru pada tingkat 20% dari total kebutuhan.
Ditinjau dari segi agribisnis, menanam potion belimbing di pekarangan cukup
menguntungkan. Satu potion belimbing yang berumur 5 tahun dapat menghasilkan buah sekitar 600 buah pertahun. Bahkan apabila pemeliharaan tanaman dilakukan dengan balk, serta pembungkusan buah dilakukan terus menerus, produksi dapat mencapai 900 buah per potion setahun. Bila harga belimbing ukuran sedang (200 gr) berharga Rp. 1000/buah dl lokasi petani, berarti satu potion belimbing menghasilkan Rp. 600.000 per tahun.
       Bila biaya pupuk, pemeliharaan dan pembungkusan buah mencapai Rp.
100.000/tahun, dan pemeliharaan mencapai Rp. 100.000,. pertahun, berarti sate pohon menyumbangkan pendapatan petani sebanyak Rp. 500.000, per tahun/pohon. Disamping dikonsumsi segar, nilai tambah buah belimbing dapat ditingkatkan melalui industri rumah tangga dengan diolah menjadi sari buah, sirup, jam dan manisan belimbing.
       Dari segi pemasaran, khususnya di wilayah DKI Jakarta sarana cukup tersedia, mulai dari pasar tradisional sampai pasar swalayan yang menghendaki kualitas prima dengan penampilan dan pengemasan yang menarik. Buah dapat dipasarkan langsung setelah dipetik, karma penanaman dekat dengan lokasi pemasaran, sehingga buah masih dalam keadaan segar. Demikian pula sortasi sekaligus dapat dilakukan segera setelah panen. Buah yang berkualitas terbaik, dapat dipasarkan dl swalayan, sedangkan yang
lainnya diolah untuk sirup dan lainnya, atau dijual di pasar tradisional.
Pengembangan program agrowisata, merupakan salah satu kesempatan yang
sangat balk pula bagi pemasaran hasil, balk buah segar maupun produk olahan belimbing.


PERSYARATAN IKLIM

       Menurut N.I. Vavilov, belimbing manic tergolong tanaman tropic yang berasal dari India, kemudian menyebar ke berbagai negara tropic seperti Malaysia dan Indonesia. Dl
Demak, menurut Rumphius belimbing telah dibudidayakan sebelum tahun 1892. Di Jakarta, belimbing beradaptasi dengan balk. Penyebaran terutama di wilayah Jakarta Selatan yang sebagian besar lahan jenisnya Latosol. Keberhasilan pertumbuhan dan produksi dipengaruhi pula oleh curah hujan, sinar matahari, dan angin. Curah hujan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan buah. Bila curah hujan terlalu tinggi, bunga  akan gugur. Di DKI Jakarta curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari
(Tabel 2). Musim panen rays belimbing biasanya terjadi pada bulan Desember dan April - Mei, figs bulan sebelumnya yaitu pada fase berbunga, intensitas curah hujan tidak terlalu tinggi. Bila tanaman dapat diairi dengan cukup, belimbing diharapkan dapat berbuah pada bulan September, meskipun pada cara berbunga jatuh pada musim kemarau.
       Unsur iklim yang sangat mempengaruhi produksi buah adalah cahaya matahari.
Belimbing men butuhkan sinar matahari langsung untuk berproduksi dengan baik. Bila daun terlalu rimbun, perlu dibuang tunas-tunas yang tidak produktif, agar cahaya dapat menembus tajuk pohon. Produksi buah akan berkurang, apabila terjadi angin kencang, yang menyebabkan buah muda gugur.


VARIETAS
     

      Kultivar yang disenangi petani DKI Jakarta, adalah varietas Dewi. Pohon induk varietas ini milik PT. Dewi Jaya, terletak di Jalan Raya Hankam, Pondok Gede Bekasi, dan telah dikukuhkan sebagai varietas unggul belimbing untuk DKI Jakarta, pada tahun 1998.
Pohonnya rimbun, dawn berwarna hijau tua, anak daun berbentuk oval. dengan ujung runcing. Buah ukurannya besar, panjang 10 – 15 cm, berat buah rata-rata 250 – 350 gram.
Buah masak berwarna merah jingga, mengkilat, terdiri 5 belimbingan. Belimbingnya tebal, dengan pinggirannya berwarna hijau. Petani di wilayah Jagakarsa membungkus buah belimbing dengan kertas karton bekas, sehingga warna hijau pada pinggiran berubah menjadi kuning. Bila telah matang penuh, rasa buahnya manis dan menyegarkan, tetapi sewaktu masih muda rasanya asam dan sepet.
       Di sentra produksi belimbing di Jakarta Selatan, dikenal pula Kultivar Dewa. Bentuk buah lama dengan kultivar Dew], tetapi bentuk dan warna daun berbeda, yaitu bentuk daun ramping dan berwarna hijau muda.
Kultivar lain yang banyak dibudidayakan di Jakarta adalah kultivar Paris. Demak dan Sembiring. Varietas Paris, buahnya lebih kecil dibandingkan varietas Dewi, warna buah masak kuning agak pucat, rasa buah manic walaupun belum matang penuh, sedangkan periode berbunga sampai buah masak lebih pendek (75 hari). Terdapat pula varietas yang buahnya sangat manis, sehingga disebut belimbing gula pasir, namun belum banyak dibudidayakan.





BUDIDAYA


1. Bibit
Petani menginginkan tanamannya cepat berbuah, balk tanaman pot maupun
ditanam di lapangan. Oleh karena itu biasanya petani menanam bibit yang berasal dari okulasi. Sebagai batang bawah, biji diambil dari buah yang telah masak penuh. Setelah ditanam di lapangan atau pada pot atau polybag selama 6 – 8 bulan, biasanya ukuran diameter batang sudah lebih besar dari sebesar pencil, dan slap untuk diokulasi. Okulasi diambil dari varietas yang produksi dan kualitas buahnya lebih balk misalnya varietas Dew], Dewa, Demak dan lain sebagainya, dari pohon yang telah berbuah atau berumur lebih dari 3 tahun. Biasanya okulasi dilakukan pada ketinggian 10 cm dari leher akar, agar
mudah mendeteksi pertumbuhan cabang yang berasal dari okulasi.
Satu tahun setelah okulasi, bibit slap dipindahkan ke pot yang lebih besar atau ke lapangan. Selain okulasi, bibit dapat berasal dari cangkokan, enten, maupun cara penyusunan, namun cara yang paling praktis tampaknya adalah cara okulasi.


2. Penanaman
Penanaman dalam pot atau drum bekas. Pot diberi lobang pembuangan air pada dasarnya, kemudian diletakkan tumpukan pecahan bata. Selanjutnya pot diisi dengan media tumbuh yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang dan pasir atau sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Oleh karma di Jakarta Bering terdapat serangan rayap, maka disekitar lobang penanaman, media dicampur dengan Furadan atau Curater – 3G, sebanyak ± 20 gr untuk ±5 kg campuran media. Bibit yang tersedia di lapangan terlebih dahulu digali tanah di sekeliling pohon sekitar ± 10 cm dari pangkal batang sedalam ± 20 -
30 cm, agar sebagian besar volume akar tidak terpotong. Pemindahan ke pot dapat dilakukan pada sore hari. Selesai dipindahkan tanaman disiram dengan air.
Bila penanaman dilakukan langsung di pekarangan, satu bulan sebelum
penanaman, telah dipersiapkan lobang tanaman. Ukuran lobang ± 60 x 60 x 60 cm.
Setelah dua minggu masukkan lebih dahulu tanah bagian bawah, dan selanjutnya lapis alas diisi dengan campuran seperti pot. Setelah satu minggu, barulah tanaman dari pembibitan dipindahkan ke lobang yang telah kita siapkan. Tanaman yang baru dipindahkan disiram setiap sore, bila tidak turun hujan.


3. Pemupukan
Pemupukan pertama di lapangan maupun di pot dilakukan bersamaan tanam atau paling lama 30 hari setelah bertanam. Pemberian pupuk sebanyak 0,25 kg pupuk NPK ditambah 1 sendok makan Furadan atau Curater – 3G, dengan cara ditaburkan mengelilingi bibit dengan diameter ± 10 cm dari bibit.
Pemupukan diberikan dua kali setahun, yaitu pada awal dan akhir musim
penghujan, masing-masing 1/2 dosis tersebut di alas. Cara pemberian pupuk dengan menaburkan ke dalam pant sedalam 20 cm mengelilingi pohon dengan diameter sesuai dengan diameter tajuk pohon, kemudian ditutup tanah.


4. Pemangkasan
Pemangkasan pada belimbing sangat diperlukan untuk pembentukan tajuk,
memudahkan panen dan merangsang pembungaan dan pembesaran buah. Berdasarkan tujuan dan waktu pelaksanaannya, terdapat tiga macam pemangkasan, yaitu pemangkasan untuk membentuk pohon, pemangkasan cabang dan ranting yang tumbuh tidak beraturan, serta pemangkasan untuk meremajakan tanaman yang telah tua.


4.1. Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan untuk pembentukan pohon, dilakukan pada tanaman
yang belum produktif, berumur 2 – 3 tahun. Tujuannya untuk membentuk
percabangan secara teratur dan mencegah pertumbuhan pohon meninggi.
Dengan demikian akan mempermudah pembungkusan buah pada scat
panen.
Ujung batang utama dipotong pada ketinggian 1,5 – 2 meter dari permukaan tanah. Biarkan 3 – 4 cabang primer yang subur dan what tumbuh
memanjang. Pada pertumbuhan selanjutnya, Ujung cabana primer tadi
dipotong dengan menyisakan sepanjang 30 – 50 cm. Selanjutnya, setelah
tumbuh tunas pada cabang primer (disebut cabang sekunder), dibiarkan
tumbuh 2 – 3 cabang sekunder. Setelah tumbuh, dipotong pucuknya dengan
menyisakan sepanjang 30 – 50 cm. Setiap kali pemangkasan, permukaan
cabang diusahakan miring untuk mencegah pembusukan cabang. Dengan
demikian akan diperoleh bentuk tajuk pohon yang melebar, dengan
percabangan yang teratur.


4.2. Pemangkasan Cabang dan Ranting
Pemangkasan tunas yang tumbuh di pangkal dan tengah cabang
serta Ujung ranting dilaksanakan secara terus menerus, setup 1 – 2 bulan.
Tujuannya agar sinar matahari dapat memasuki mahkota tajuk, sehingga
mengurangi kelembaban. Disamping itu juga untuk meningkatkan manfaat
penggunaan bahan makanan untuk menghasilkan pertumbuhan dan buah
yang lebih besar.


4.3. Pemangkasan untuk Peremajaan
Pemangkasan ini biasanya dilaksanakan pada pohon berumur lebih
dari 10 tahun, yang produksinya mulai menurun. Batang utama dipotong
miring pada ketinggian 60 – 70 cm dari permukaan tanah. Pengaturan
cabang-cabang yang tumbuh baru, mengikuti cara-cara pemangkasan
bentuk.
Adakalanya, bersamaan dengan peremajaan ingin dilakukan
penyambungan secara okulasi dengan kultivar yang lebih baik dari pohon
pangkal. Hal ini dapat dilakukan mengingat sifat regenerasi dan rekombinasi
pada belimbing sangat baik. Bahkan, rekombinasi beberapa kultivar secara
okulasi pada satu pohon pangkal dapat dilakukan.


5. Pembungkusan Buah
Pembungkusan buah bertujuan untuk melindungi buah dari serangan lalat buah serta meningkatkan kualitas buah. Lalat buah dapat menimbulkan kerugian sampai 100%. Serangga memakan berbagai jenis tanaman, sehingga pada lokasi dengan pelbagai pohon buah-buahan seperti nangka, jambu biji, rambutan, pisang dan sebagainya, serangga terdapat hampir sepanjang tahun.
Lalat betina meletakkan telur dalam daging buah. Larvanya akan menghisap cairan buah sehingga buah menjadi busuk dan gugur. Pembungkusan buah dilakukan pada saat ukuran buah sebesar jempol jari tangan. Dalam satu rangkaian, dipilih sate buah yang bentuk dan pertumbuhannya terbaik. Bahan pembungkus berupa dua lapis karbon bekas yang ujung dan pangkalnya diikat tall. Belimbing yang dibungkus dengan bahan ini penampilannya sangat menarik, warns buahnya cerah. Belimbing Dewi akan berwarna
kuning orange dan mengkilat, sedangkan pinggiran belimbingan akan berwarna kuning.
Penampilan buah bersih dan menarik, bebas dari pencemaran. Kelemahannya, kematangan buah sulit dideteksi. Bahan pembungkus lain, adalah kantong plastik (PE).
Bagian bawah plastik digunting untuk mencegah kelembaban tinggi. Dapat pula digunakan daun pisang keying, tetapi bahan ini sulit diperoleh di Jakarta.


6. Pencegahan dan Pemberantasan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Hama yang sangat merugikan adalah lalat buah (Bractocera dorsalis). Hama ini menyerang buah sejak muda sampai masak. Lalat betina meletakkan telur ke dalam daging buah. Buah yang terserang tampak berbentuk bulatan hitam dan membusuk, di dalamnya terdapat larva yang menghisap cairan buah, akhirnya buah akan gugur. Di permukaan tanah, kepompong berkembang menjadi generasi lalat yang haru.
Cara pencegahan adalah dengan membungkus buah, serta sanitasi kebun. Buah yang gugur dimusnahkan. Selain itu petani biasanya melakukan pengasapan untuk mengusir berbagai OPT. Alternatif lain adalah dengan menggunakan perangkap attraktan Metil Eugenol, untuk menarik serangga jantan agar terperangkap. Menurut hasil penelitian, penggunaan minyak melaleuka yang mengandung 76% Metil Eugenol yang diteteskan
sebanyak 0,5 ml pada kapas dalam perangkap, dengan interval waktu 2 minggu sekali, cukup efektif untuk menurunkan akibat serangan lalat buah sebesar 10%. Skema perangkap lalat buah terdapat pada Lampiran.
Hama lain yang sering merugikan adalah ngengat dari famili Pyralidae.
Kupu-kupunya berwarna putih belang-belang hitam. Ngengatnya mencari makan pada malam hari. Telur diletakkan didalam buah dengan cara mengeruk daging buah. sekaligus memakannya. Cara pencegahannya dengan membungkus buah.


7. Panen
Untuk mendapat kualitas buah yang balk, buah dipanen setelah masak penuh. Cara panen terbaik adalah pemetikan dengan cara memanjat pohon atau menggunakan tangga. Pemetikan harus dilakukan dengan hati-hati, mengingat daging buah lunak, mudah memar dan bila luka akan berwarna kecoklatan. Buah dipanen dengan menggunting tangkai buah, tanpa membuka bungkus buah. Kemudian buah diletakkan secara hati-hati di dalam ruangan yang beratap, untuk penanganan pasca panen. Bila keadaan musim normal, selama 1 tahun dapat dilakukan 3 kali panen. Produksi buah mencapai 600 – 900 buah per pohon/tahun dengan berat buah rata-rata 250 – 300 gram.


PASCA PANEN


       Pemasaran belimbing di DKI Jakarta cukup cerah. Belimbing dijual sejak dari
pinggiran jalan, pasar tradisional, sampai pasar swalayan. Setiap sarana pemasaran, menuntut kualitas sesuai dengan harga dan selera konsumen. Produksi belimbing di DKI Jakarta sebaiknya diarahkan untuk konsumen yang menuntut kualitas tinggi, sehingga harga jualnya tinggi. Untuk memproduksi buah yang berkualitas, maka perlakuan pra panen, penanganan pasca panen, mulai dari sortasi, grading sampai pengemasan perlu
dilakukan secara intensif. Pada saat penulisan naskah ini, bulan Oktober 1998, harga satu buah belimbing berkualitas tinggi di lokasi petani Rp. 1200/buah, sedangkan harga di pasar swalayan mencapai Rp. 2000/buah.


1. Sortasi dan Grading
Segera setelah panen pada ruangan yang beratap dengan sirkulasi udara yang
balk, bungkus buah dibuka dengan hati-hati. Buah yang rusak secara mekanis maupun gangguan OPT, dipisahkan. Hanya buah yang minus yang dipasarkan segar. Setelah itu, buah dikelompokkan menurut ukuran dan fase masak. Buah dengan ukuran besar (250-300 gr) dan fase masak penuh, dipisahkan untuk penjualan ke pasar swalayan.
Selama 24 jam dapat terjadi sedikit perubahan warna dan rasa. Setelah itu, praktis tidak terjadi peningkatan rasa manis. Buah yang lebih kecil (150 – 250 gr) dan kematangannya penuh dapat dipasarkan ke pasar tradisional, sedangkan buah yang lebih kecil, dengan matang penuh yang tadinya dipisahkan karena kerusakan mekanis maupun gangguan OPT dapat diproses lebih lanjut untuk sari buah dan sebagainya.


2. Pencucian dan Pengemasan
Buah yang terpilih untuk pasar swalayan dengan hati-hati dicuci satu persatu
dengan air mengalir, kemudian ditiriskan. Bila masih terdapat tetesan air, dilap dengan tissue yang lembut. Biasanya sejumlah 3 – 4 buah ditaruh di atas wadah Stirofoam, kemudian dibungkus dengan plastik film. Dengan cara ini penguapan air dari dalam buah terhambat, sehingga pengerutan buah dapat diperlambat, produk akan kelihatan lebih menarik dan lebih higienis.


3. Penyimpanan
Belimbing yang telah dikemas dapat disimpan pada ruangan dengan suhu 10 -
15°C selama 7 hari, tanpa menurunkan kesegaran dan kualitas buah. Apabila
penyimpanan pada suhu kamar (30°C), buah akan kelihatan mengkerut dan berwarna kecoklatan. Sebaiknya penyimpanan pada suhu kamar pada wadah yang telah ditutup plastik film, tidak lebih dari 3 hari.











( DIDIN WAHYUDIN )

2 komentar: